Ekonomi

5 Alasan Negara Berutang Demi Ekonomi Indonesia

0

Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam ekonomi Indonesia adalah jumlah utang negara yang telah mencapai angka ribuan triliun. Bukan angka yang kecil, Anda sebagai masyarakat pun bertanya-tanya untuk apa saja pinjaman tersebut.

Faktanya, negara maju sekalipun memiliki utang. Tidak hanya negara berkembang seperti Indonesia saja yang membuat pinjaman dana. Lantas, mengapa negara Indonesia harus berutang? Ikuti berbagai alasannya di bawah ini!

Ini 5 Alasan Negara Berutang demi Ekonomi Indonesia

Utang yang dibuat negara bukan sekedar utang yang dilakukan masyarakat pada umumnya. Lima latar belakang berikut ini jadi alasan Indonesia perlu berutang:

Memelihara Pertumbuhan Ekonomi

Indonesia perlu utang agar dapat tumbuh hingga mencapai level perekonomian saat ini. Negara akan menggunakan utang sebagai pembiayaan umum. Contohnya, sebagai pembiayaan pada belanja produktif hingga PMN (Penyertaan Modal Negara).

Kemudian, utang pemerintah pun menghasilkan berbagai proyek infrastruktur jangka panjang. Salah satu contohnya adalah pembangunan jembatan. Proyek tersebut butuh 2 hingga 3 tahun untuk selesai, sehingga baru akan dirasakan manfaatnya setelah proyek selesai.

Penerimaan Negara Masih Belum Terpenuhi

Negara juga butuh berutang karena penerimaan negara tidak bisa menutupi jumlah belanja pemerintah. Bea cukai, perpajakan, hibah, hingga PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) adalah contoh penerimaan negara yang dimaksud.

Konsekuensi ketika terjadi selisih kurang antara belanja negara dengan pendapatan yakni defisit APBN. Itulah mengapa, negara perlu berutang agar menjadi stimulus ekonomi Indonesia.

Melalui pinjaman yang didapatkan dengan berutang, negara dapat memprioritaskan kebijakan belanja ekspansif sehingga lebih produktif.

Mencegah Opportunity Loss

Alasan satu ini bersifat urgensi, sebab negara perlu belanja kebutuhan yang bersifat tidak dapat ditunda. Apabila negara menunda pembiayaan tersebut, maka konsekuensi yang harus siap dihadapi adalah kerugian negara di masa depan.

Tidak hanya itu, hasil peminjaman juga memberikan kesempatan pembiayaan untuk aspek lain. Misalnya, menutupi gap pada penyediaan infrastruktur. Selain itu, hasil pinjaman tersebut juga dapat menaikkan IPM atau Indeks Pembangunan Manusia.

Ini mengingat Indonesia memiliki IPM yang masih sangat tertinggal apabila dibandingkan dengan negara lain. Dana dari pinjaman tersebut pun akan disalurkan untuk meningkatkan sektor kesehatan, pendidikan, hingga perlindungan sosial.

Memajukan Pasar Keuangan

Utang juga dapat digunakan untuk mengembangkan dan memajukan pasar uang. Demi menjadi benchmark dalam industri keuangan, maka instrumen utang pemerintahan ditawarkan untuk diperjualbelikan dalam pasar keuangan.

Bila dilihat manfaatnya dari segi masyarakat, maka utang pemerintah tersebut dapat menjadi opsi investasi jangka panjang. Adapun untuk Bank Indonesia, utang pemerintah akan digunakan sebagai dana melaksanakan operasi moneter.

Sebagai Aset bagi Generasi Penerus

Satu lagi alasan negara melakukan utang, yaitu agar dapat menjadi warisan aset atau legacy bagi generasi penerus. Ini juga berkaitan dengan aturan yang disebut golden rule.

Aturan tersebut menyatakan bahwa pinjaman atau utang negara bisa menjadi investasi yang memenuhi keadilan bagi para generasi penerus. Aset atau legacy tersebut akan menjadi baik bila digunakan untuk pembiayaan hal-hal produktif.

Contoh belanja hal produktif yang manfaatnya akan dirasakan pada kemudian hari adalah infrastruktur serta pendidikan.

Demikian lima alasan mengapa negara harus berutang demi ekonomi Indonesia. Berbagai alasan tersebut dimaksudkan untuk keberlangsungan kegiatan ekonomi agar negara bisa berada di tingkat yang lebih baik daripada sebelumnya.

Selain itu, utang menjadi solusi ketika terdapat belanja negara yang tidak bisa ditunda. Jadi, utang dapat membantu negara terhindar dari kerugian di masa mendatang.

5 Rekomendasi Wisata Paling Romantis di Korea Selatan

Previous article

Perhatikan 9 Hal Ini ketika Membuat Artikel Review Gadget Terbaik

Next article

You may also like

Comments

Comments are closed.

More in Ekonomi